BAB I. PENDAHULUAN
- Latar belakang kegiatan yang telah dilakukan
Desain Pembelajaran
inovatif merupakan desain pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru
untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Desain pembelajaran
yang inovatif ini bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
efektif. Dalam Pendidikan guru penggerak kita mempelajarari berbagai macam
pembelajaran yang inovatif diantaranya
Pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional, Coaching,
pemimpin dalam pengambilan keputusan dan pemimpin dalam mengelola sumber daya.
Mutu Pendidikan disekolah dikatakan baik jika pembelajaran dikelas juga baik.Faktor lainnya adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai,lingkungan belajar dan kurikulum yang baik,manajemen sekolah,administrasi dan dukungan dari Yayasan, walimurid dan Masyarakat sekitar. Dengan demikian hendaknya dalam memilih metode pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Banyak permasalahan yang dihadapi oleh seorang guru saat ini yaitu menurunnnya minat belajar siswa,kurang fokus saat mengikuti pembelajaran dan kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Sebagai guru penggerak
kita harus mampu berinovasi dengan pembelajaran yang kita lakukan. Dengan
melihat permasalahan tersebut kita bisa menggunakan pembelajaran
berdiferensiasi dimana dalam pembelajaran tersebut seorang guru bisa memberikan
pembelajaran kepada murid sesuai dengan karakteristik dan profil belajar murid
tidak hanya itu pembelajaran
berdiferensiasi bisa diintegrasikan dengan pembelajaran sosial
dan emosional dan
coaching sangat penting dikuasai oleh seorang guru
dan siswa karena dengan
melaksanakan coaching kita bisa mengelola emosional kita
dengan baik dan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi serta
mengetahui kompetensi yang kita miliki.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis sebagai mahasiswa lulusan Guru
Penggerak akan membuat
laporan yang berkaitan
dengan materi mata
kuliah pertama Pendidikan Profesi
Guru (PPG) yaitu
desain pembelajaran inovatif. Dalam membuat
laporan ini penulis
akan menyandingkan dan
mengaitkan ilmu pengetahuan pada
saat mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dengan materi mata kuliah PPG tentang
desain pembelajaran inovatif. Berdasarkan
uraian tersebut maka penulis sebagai mahasiswa lulusan Guru Penggerak akan
membuat laporan yang
berkaitan dengan materi
mata kuliah pertama
Pendidikan Profesi Guru
(PPG) yaitu desain
pembelajaran inovatif. Dalam
membuat laporan ini
penulis akan menyandingkan
dan mengaitkan ilmu pengetahuan
pada saat mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dengan materi mata kuliah PPG
tentang desain pembelajaran inovatif.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis sebagai mahasiswa lulusan Guru
Penggerak akan membuat
laporan yang berkaitan
dengan materi mata
kuliah pertama Pendidikan
Profesi Guru (PPG)
yaitu desain pembelajaran
inovatif. Dalam membuat
laporan ini penulis
akan menyandingkan dan
mengaitkan ilmu pengetahuan pada
saat mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dengan materi mata kuliah PPG tentang
desain pembelajaran inovatif.
Menjadi pemimpin dalam
pembelajaran dan mengelola sumber daya adalah solusi lain yang bisa kita
gunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi disekolah. Berdasarkan
uraian di atas maka penulis sebagai mahasiswa lulusan Guru Penggerak akan
membuat laporan yang berhubungan dengan materi mata
kuliah kedua Pendidikan
Profesi Guru (PPG)
yaitu desain pembelajaran
inovatif. Dalam membuat laporan
ini penulis akan mengaitkan ilmu pengetahuan pada saat mengikuti
Pendidikan Guru Penggerak dengan materi mata kuliah PPG tentang desain
pembelajaran inovatif.
1.2.
Tujuan kegiatan
Tujuan dalam kegiatan
ini adalah:
1.
Merancang pembelajaran
berdiferensi sesuai dengan kebutuhan belajar murid
2.
Menganalisis kebutuhan belajar
murid melalui pembelajaran sosial emosional
3.
Untuk memaparkan keterampilan
seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan
4.
Untuk mengidentifikasi
kepemimpinan dalam pengelolaan sumber daya
1.3
Manfaat Kegiatan
Manfaat yang dpt kita
peroleh dari aksi nyata yang sudah dilakukan adalah :
1.
Bisa berkolaborasi
dengan kepala sekolah,teman sejawat dan siswa untuk mencapai tujuan Bersama.
2.
Bisa menjadi coach bagi
rekan sejawat dan siswa untuk menggali potensi yang dimiliki.
3.
Menggunakan pendekatan
berbasis kekuatan untuk menentukan aset yang dimiliki sekolah dan
memaksimalkannya.
2.1. Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran
Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di
kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson
(1999:14)
Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu diferensisai proses, konten dan produk.ketiga cara tersebut tidak harus kita lakukan dalam satu waktu tapi kitab isa memilih dalam setiap pembelajaran kita bisa memilih konten saja,konten produk atau semuanya tergantung kondisi kelas dan Pelajaran pada saat itu. Kegiatan pembelajaran yang saya lakukan di SD Swasta Alam Arrohmah diawali dengan :
1. Menganalisis kebutuhan belajar siswa dengan cara melihat profil belajar siswa berdasarkan data homevisit yang sudah dilakukan sebelumnya.
2. Menganalisis strategi diferensisasi berdasarkan profil belajar siswa.
Berdasarkan data
tersebut akhirnya saya bisa menyimpulkan bahwa ada sekitar 14 anak yang
kinestetik, ada 7 anak yang auditory dan 5 anak yang visual. Akhirnya strategi
diferensisasi yang saya pilih adalah strategi diferensiasi konten dan produk
dan menjadikan 5 kelompok dalam pemilihan presentasi produk yang diinginkan. Aksi
nyata yang sudah saya lakukan bisa dilihat di https://youtu.be/af6rtU2IrI8?si=1Gec3YchMr4kyYPF
2.2. Pembelajaran Sosial dan Emosional
Pembelajaran berdiferensiasi yang
kita lakukan akan lebih sempurna jika diintegrasikan dengan pembelajaran sosial
dan emosional. Pembelajaran sosial emosional (PSE)
adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial
dan emosional pada individu. Ini merupakan bagian penting dari pendidikan yang
tidak hanya fokus pada aspek kognitif atau akademik, tetapi juga pada
pengembangan keterampilan yang berkaitan dengan emosi, hubungan sosial, dan
perilaku.
Fokus
dari PSE ini tidak hanya pada diri sendiri atau kemampuan/keterampilan yang
dimiliki oleh individu itu sendiri tapi juga kemampuan untuk bisa menjalin
relasi baik dengan orang lain ataupun lingkungan sekitarnya. Komponen penting
dari PSE ini adalah
- Self-awareness (kesadaran
diri)
- Self-management (manajemen
diri)
- Responsible
decision making (keputusan yang bertanggung
jawab)
- Social
awereness (kesadaran sosial)
- Relationship
skill (keterampilan sosial).
PSE ini dapat dilakukan secara rutin atau bisa juga
masuk dalam lingkup pembelajaran kita.beberapa Teknik yang bisa digunakan dalam
penerapan PSE ini adalah STOP. Teknik STOP ini adalah yang paling sederhana
bisa kita terapkan dikelas.
Langkah-langkah pembelajaran sosial emosional dengan Teknik STOP
- Stop (Berhenti)
- Take a Deep Breath (Tarik Napas Dalam)
- Observe (Amati)
- Proceed (Melanjutkan)
PSE berbasis mindfulness bisa dengan
cara mendengarkan music ataupun murotal sehingga anak-anak bisa merasa nyaman
dan memiliki kesadaran penuh dan pembelajaran yang akan kita ajarkan akan mudah
diterima.bisa juga dalam bentuk menyampaikan atau menuliskan apa yang dirasakan
pada saat itu.banyak sekali cara yang bisa digunakan dalam pembelajaran sosial
emosional ini bisa kita sesuaikan dengan kebutuhan yang ada dikelas kita.penerapan
pembelajaran sosial emosional yang sudah saya lakukan dikelas adalah
menggunakan mindfulness yaitu mendengarkan murotal,menyanyikan yel-yel
kelas,senam dan Kerjasama kelompok,pengambilan keputusan.
2.3. Coaching
Coaching sangat bermanfaat bagi seorang
guru diantaranya mengembangkan keterampilan coaching seorang guru,meningkatkan
kinerja karena segala permasalahan bisa diselesaikan dengan baik,meningkatkan
kepercayaan diri dan meningkatkan keterampilan dan inovasi. Coaching bisa
dilakukan kepada rekan sejawat dan siswa. Metode yang bisa digunakan untuk
melakukan coaching adalah model alur TIRTA.
Alur
TIRTA adalah salah satu model atau pendekatan dalam proses coaching yang
digunakan untuk membantu seseorang mencapai tujuan atau perkembangan pribadi.
"TIRTA" sendiri adalah singkatan dari Tahap, Isi, Rencana, Tindakan,
dan Akhir. Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing tahap alur
TIRTA:
Tahap
Tahap (Stage): Ini adalah tahap di mana coachee dan coach menentukan di mana coachee
berada dalam perjalanan mencapai tujuan coachee. Ini bisa melibatkan evaluasi
saat ini, pemahaman akan tantangan dan potensi, serta penentuan titik awal yang
jelas.
1. Tujuan:
coachee dan coach akan merinci tujuan dan perubahan
yang di inginkan. coachee akan menjelaskan secara
rinci apa yang ingin coachee capai, baik itu dalam kehidupan pribadi atau
profesional.
2. Identifikasi:
Setelah menentukan tujuan dan perubahan yang diinginkan, coachee dan coach akan
merencanakan cara mencapai tujuan tersebut. Ini bisa melibatkan menentukan
langkah-langkah konkrit yang perlu diambil, sumber daya yang dibutuhkan, dan
penjadwalan.
3. Rencana
aksi: Tahap ini melibatkan pelaksanaan
rencana yang telah dibuat. Anda akan mengambil tindakan nyata untuk mencapai
tujuan coachee, dan dalam banyak kasus, coach Anda akan memberikan dukungan,
akuntabilitas, dan umpan balik selama proses ini.
4. Tanggung
jawab: Tahap akhir melibatkan
mengevaluasi hasil dari tindakan yang diambil. coachee dan coach akan menilai
sejauh mana Anda telah mencapai tujuan coachee, apa yang telah berhasil, dan
apa yang mungkin perlu ditingkatkan.
Alur
TIRTA dapat membantu memandu proses coaching dan memberikan kerangka kerja yang
jelas untuk mencapai tujuan pribadi atau profesional.
Dalam
aksi nyata yang saya lakukan saya melakukan coaching supervise akademik dimana
saya menjadi coach bagi rekan mengajar saya. Dalam proses coaching yang saya
lakukan saya membantu teman saya menemukan sendiri kompetensi yang dia miliki
dan membantu menemukan sendiri solusi dari masalah yang sudah dihadapi. Di mana
masalah yang dihadapi rekan saya adalah kesulitan dalam mengkondisikan
pembelajaran dikelas dan susah menemukan pembelajaran yang
menyenangkan.akhirnya setelah proses coaching yang saya lakukan rekan saya
sudah bisa menemukan solusi untuk permasalahannya.aksi nyata bisa dilihat di https://youtu.be/j0GDfoQdcQI?si=NwG6aBbUP5U1t1hY
Target saya berikutnya adalah mempraktekkan
proses coaching untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, dengan cara
berlatih secara terus menerus yaitu latihan coaching dengan alur TIRTA serta
meningkatkan keterampilan komunikasi yang baik, keterampilan bertanya, belajar
menjadi seorang pendengar yang aktif,belajar menggali kekuatan/hal positif yang
dimiliki oleh coachee sehingga merdeka belajar terwujud, dan well being murid
pun tercapai.
2.4. Pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran
Sebagai pemimpin pembelajaran,
guru dalam mengambil keputusan harus sebijaksana mungkin, memperhatikan segala
aspek dan mencerminkan nilai-nilai yang diusung sekolah, sehingga dapat
dijadikan acuan atau menjadi teladan bagi seluruh warga sekolah. Dalam
pengalaman penulis, dilema etika terkadang dihadapi. Ketika kita menghadapi
dilema moral, kebajikan-kebajikan mendasar saling bertentangan, seperti cinta
dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, dan solidaritas, solidaritas,
toleransi, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap kehidupan.
Pola yang terjadi dalam dilemma etika dan dapat digolongkan
sebagai berikut:
Individu dan Masyarakat (Individu
dan Komunitas) Dilema antara individu dan masyarakat adalah bagaimana
menentukan pilihan antara apa yang benar .untuk satu orang atau kelompok kecil
dan apa yang berlaku untuk kelompok lain yang lebih besar. Guru terkadang harus
membuat pilihan seperti itu di kelas. Jika satu kelompok membutuhkan waktu
lebih banyak untuk mengerjakan suatu tugas tetapi kelompok lainnya siap untuk
melanjutkan ke pelajaran berikutnya, apa pilihan yang tepat?
Guru mungkin menghadapi dilema
individu versus kelompok.Rasa keadilan dan belas kasihan (justice vs.belas
kasihan) Dalam model ini, terdapat pilihan antara mengikuti aturan tertulis
atau tidak menaatinya sama sekali. Pilihannya adalah antara keadilan dan
perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian
karena kemurahan hati dan kasih sayang di sisi lain. Terkadang mengikuti aturan
adalah hal yang benar, namun terkadang membuat pengecualian adalah hal yang
benar.Pilihan untuk mematuhi aturan dapat dibuat atas dasar penghormatan
terhadap keadilan (atau kesetaraan). Pilihan untuk melanggar aturan dapat
dilakukan atas dasar rasa kasihan (kebaikan).
Kebenaran versus kesetiaan (truth versus loyalitas) Kejujuran dan kesetiaan seringkali merupakan nilai-nilai yang bertentangan dalam dilema etika. Terkadang kita harus memilih antara jujur atau setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Akankah kita menyampaikan informasi secara jujur berdasarkan fakta, atau akankah kita menjunjung tinggi nilai kesetiaan terhadap suatu profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya? Jangka pendek dan jangka panjang (short term and long term) Pola ini paling sering terjadi dan sangat mudah diamati. Terkadang kita perlu memilih antara apa yang terbaik untuk saat ini dan apa yang terbaik untuk masa depan.
2.5 Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya
Memetakan 7 aset/modal (manusia, sosial, fisik, lingkungan, keuangan, politik, agama dan budaya).Melakukan koordinasi antar pihak terkait untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Untuk memenuhi peran saya sebagai pemimpin
pembelajaran, saya harus mampu menemukan potensi, memetakan aset, dan
memanfaatkan sumber daya yang ada.Nilai dan peran seorang guru penggerak tidak
lepas dari cita-cita mewujudkan peserta didik yang berkualitas profil pelajar Pancasila.
Ada lima peran guru penggerak, yaitu: menjadi
pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, mendorong kolaborasi
antar guru, menjadi pelatih bagi guru lain dan mencapai kepemimpinan siswa.
Untuk memenuhi peran mereka sebagai pemimpin
pembelajaran, penting untuk membina pendidik yang dapat mewujudkan potensi
mereka, memetakan kekuatan mereka, dan mengelola sumber daya mereka secara
tepat dan efektif.
Sekolah merupakan suatu ekosistem
yang mencakup faktor biotik (siswa, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan,
pengawas sekolah, orang tua, masyarakat sekitar) dan faktor abiotik (keuangan,
sarana, prasarana).mencari dan mengenali hal-hal positif dalam hidup,
menjadikan kekuatan sebagai fokus refleksi, kita diajak untuk fokus pada apa
yang berhasil, apa yang menjadi sumber inspirasi, apa yang menjadi kekuatan
atau kutub potensi positif.maka konsep saya meliputi :
1. Pemimpin harus mampu membangun visi dan misi yang
jelas, terfokus dan tentunya mengandalkan sumber daya sekolah dan siswa.
2. Melalui penerapan metode Appreciative Inquiry
dengan langkah BAGJA (Membuat Pertanyaan Mengarah, Menarik Pembelajaran,
Mengeksplorasi Mimpi Bersama, Menyusun Rencana dan Mengatur Implementasi), pemimpin
akan dapat membawa perubahan pada sekolah berdasarkan sumber daya yang akan
menggerakkan komunitas sekolah untuk membawa perubahan positif.
3.
Perubahan positif yang diterapkan secara konsisten
akan menciptakan budaya positif .
3.1.
Refleksi
Umpan balik sangat penting sekali bagi penulis untuk memperbaiki
program yang akan dilaksanakan berikutnya. Umpan balik dari kepala
sekolah,rekan sejawat dan siswa bisa berupa masukan ataupun kritikan yang
membangun. Sebagai seorang pendidik penting sekali memahami pembelajaran sosial
dan emosional karena karakter atau profil murid yang beragam.pengendalian emosi
yang dimiliki oleh seorang guru dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi
oleh setiap murid. Guru bisa mengendalikan emosi yang dimiliki karena manusia
merupakan makhluk sosial yang selalu berdampingn dan membutuhkan orang lain
dalam segala hal.
Bagi penulis praktik coaching untuk menumbuhkan atau mengembangkan
kompetensi seseorang dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh murid
ataupun rekan sejawat. Untuk menumbuhkan kemampuan coaching ini harus dilakukan
secara terus menerus dengan begitu kemampuan coaching yang kita miliki akan
semakin meningkat. Tidak semua orang bisa menerapkan coaching ini meskipun
dampaknya sangat bagus bagi pembelajaran maupun bagi hubungan dengan rekan
sejawat. Proses coaching yang biasanya dilakukan adalah kita tidak sebagai
pendengar yang baik atau kita tidak mengarahkan coahee untuk menemukan sendiri
jawaban dari permasalahannya tapi kita membantunya dalam mencari solusi
sehingga proses coaching tidak berjalan dengan baik.
Sebelum mempelajari modul dalam pengambilang keputusan tidak didasarkan pada 9 langkah dan 4 paradigma sehingga terkadang solusi tidak sesui dengan apa yang diinginkan tetapi setelah mempelajari modul dan keputusan yang kita ambil berdasarkan 9 langkah dan 4 paradigma maka dapat diminimalisir yang bisa berdampak kerugian yang lebih besar. Kegiatan refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran Hal ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan program yang dilaksanakan yaitu program yang berdampak pada murid di lingkungan sekolah.
3.2.
Tindak Lanjut
Setiap menyelesaikan sebuah program diperlukan rencana tindak
lanjut (RTL) diantaranya
1. Melakukan refleksi akhir Pendidikan guru penggerak
2. Berdiskusi dengan kepala sekolah tentang diseminasi pembelajaran
berdiferensiasi dan sosial emosional dilingkungan sekolah.
3. Melakukan diseminasi tentang pembelajaran berdiferensiasi buat
rekan sejawat
4. Melaksanakaan pembelajaran yang berdampak pada murid.dengan
pengembangan budaya positif melalui kesepakatan kelas.
5. Terus belajar dan mengikuti pelatihan tentang pengembangan
pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional.
6. Melakukan sosialisasi kiprah sekolah kepada komunitas luar
sekolah, masyarakat, dan orang tua murid. Yang bertujuan untuk menyebarluaskan
kemajuan yang dialami sekolah kepada masyarakat luas. Kegiatan dilaksanakan
dalam bentuk pembuatan brosur sekolah atau secara daring melalui media sosial
sekolah.
7. Melaksanakan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan dalam komunitas praktisi sekolah melalui pelatihan terkait IT (Ms
Office, Google Sites, Blog, Video Pembelajaran, Canva for Education, dan
lain-lain). Tujuannya adalah untuk mempersiapkan pengajar dan sekolah
menghadapi era digital yang pada akhirnya berdampak pada murid. Program bisa
dilaksanakan secara rutin setiap bulan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
secara daring maupun memanggil para ahli dari bidang-bidang tersebut.
RTL itu
akan diterapkan di masa depan. RTL telah mempersiapkannya untuk jangka panjang dan berkelanjutan.
Pelaksanaan setiap program
disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah. Sebelum melaksanakan RTL, diperlukan koordinasi
dengan kepala sekolah dan kolaborasi dengan rekan sejawat.
Tujuannya agar semua program
pemantauan yang ada dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Untuk mengantisipasi kemungkinan
munculnya risiko dalam pelaksanaan RTL, penting menyusun manajemen risiko. Manajemen
resiko dibuat untuk meminimalisir permasalahan yang terjadi pada saat
pelaksanaaan kegiatan.
LMS Pendidikan Guru Penggerak. Diakses pada 18
oktober 2023. dari https://lms21-gp.simpkb.id/course/view.php?id=692
LMS Pendidikan Guru Penggerak. Diakses pada 10
oktober 2023. dari
https://lms26-gp.simpkb.id/mod/icontent/view.php?id=38979(modul 5)
Aditya Dharma, S.Si. M.B.A. Modul 1.1 Refleksi
Filosofi Pendidikan Nasional. 2022 Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
kependidikan
Kemdikbud.go.id/5 desember 2022 pembelajaran berdiferensiasi
: antara manfaat dan tantangannya diakses 10 oktober 2023 dari https://bgpsumsel.kemdikbud.go.id/pembelajaran-berdiferensiasi-antara-manfaat-dan-tantangannya/
cabdindikwil1.com 16 May 2023 sosial
emosional dalam pembelajaran diakses 16 oktober 2023 dari https://cabdindikwil1.com/blog/sosial-emosional-dalam-pembelajaran/
Imran tululi 23 maret 2022 explorasi konsep TIRTA
sebagai model coaching diakses 18 oktober 2023 dari https://www.imrantululi.net/berita/detail/23a43-eksplorasi-konsep--tirta-sebagai-model-coaching